
TEMPO Interaktif, Jakarta - Juru Bicara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) J.A Barata memperkirakan hasil tim KNKT tersebut baru bisa diketahui 3 hingga 6 bulan mendatang. “Tidak bisa satu minggu atau dua minggu langsung keluar hasilnya. Karena kan kita harus menyeluruh” katanya ketika dihubungi hari ini.
Hasil penyelidikan tim investigasi KNKT ini nantinya menjadi rekomendasi yang akan dikirim kepada semua instansi yang terlibat. “Operatornya, pembuat kebijakan, maupun pihak kereta api,” kata Barata.
Dini hari tadi pukul 02.48 WIB, Kereta Api (KA) Argo Bromo Anggrek jurusan Jakarta-Surabaya menabrak KA Senja Utama jurusan Semarang-Jakarta di Stasiun Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah. Akibatnya, korban tewas dilaporkan berjumlah 34 orang dan korban luka-luka 37 orang. Kecelakaan serupa juga terjadi antara KA Bima degan kereta terakhir rangkaian KA Gaya Baru di Stasiun Purwosari, Solo pukul 09.30 WIB, yang mengakibatkan satu orang tewas dan dua lainnya terluka.
Lebih jauh, menurut Barata, penyebab kecelakaan kereta api tidak hanya disebabkan oleh satu faktor. “Kalau diklasifikasikan penyebab itu adalah rentetan dari faktor lainnya. Ada human error, karena sarana, prasarana maupun lingkungan sekitar,” katanya.
KNKT, kata dia, telah mengirimkan sejumlah tim investigasi untuk mencari tahu penyebab kecelakaan kereta yang terjadi di Pemalang jawa Tengah, dini hari tadi. KNKT akan memeriksa semua aspek yang menjadi pemicu terjadinya kecelakaan tersebut.
“Tim kami sudah di lapangan. Semua aspek akan diteliti mulai dari sarana, prasarana hingga Sumber Daya Manusia (SDM) yang terkait,” ujarnya.
Barata menyebutkan mereka yang dikirim yakni Koensabdono yang berangkat dari Bandung sebagai investigator "in charge" dan lima lainnya adalah sebagai anggota. Mereka adalah Kartomo (Purwokerto), Sutjahjono (Bandung), dan tiga lainnya dari Jakarta, yakni Edi Sasongko, Mumuh, dan Wahyudianto, serta Tatang.
Selain menurunkan tim investigasi ke Pemalang, kata dia, pihaknya juga mengirimkan tim untuk kejadian serupa di Stasiun Purwosari, Solo. “Mereka ada tiga orang yaitu Purwanto, Whosep Muktamar dan Budiharjo,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar